Prawacana oleh Penerjemah Indonesia

Prawacana Oleh Penerjemah Indonesia

Pamflet ini adalah kumpulan tulisan-tulisan dari sang egois ekstrimis dan illegalist Renzo Novatore. Seorang anarkis individualis murni yang memberontak melawan pemerintahan kristian dan rezim fasis Italia yang sedang bergejolak pada saat itu. Berisikan 15 karya-karyanya yang telah di terjemahkan ke dalam bahasa indonesia, juga tulisan dari Enzo Martucci (seorang sahabat dari Renzo Novatore) tentang perjalanan hidup sang iconoclast Novatore dan kenangannya bersamanya, serta dilengkapi dengan catatan biografis dan pengantar dari Wolfi Landstreicher. Novatore pada masa itu dengan tegas menentang gereja beserta nilai-nilainya di masyarakat. Tak heran jika ia menjadi musuh nomor satu yang dicari-cari oleh otoritas dan orang-orang yang membencinya. Hingga akhir hayatnya, hari-harinya ia isi dengan pelarian dan pemberontakan, berpindah-pindah, menyebut dirinya sebagai pengembara intelektual yang kemudian ia tuangkan di salah satu karyanya. Salah satu tulisannya yang terkenal; Menuju Ketiadaan Kreatif. 1924. berisikan syair-syair puitis revolusioner yang menghentak. Penuh kritikan dan hinaan terhadap pemerintahan borjuis-kristian, peradaban demokratis, komunis, sosialis, hingga kaum proletar yang kemudian ia sebut sebagai katak-katak proletar yang menyedihkan. Ia mengatakan bahwa, untuk keluar dari jurang terdalam pembusukan sosial, masyarakat perlu untuk menegaskan individualitasnya, yang kemudian akan mengangkat manusia keluar dari batas-batas menuju puncak tertinggi kerohanian.

Tulisannya yang pertama saya baca adalah Menuju Badai. 1919. yang saya dapat dari seorang sahabat yang juga menjadi rekan saya dalam menterjemahkan Jeritan Pemberontakan. Ucapan terima kasih yang sangat saya persembahkan untuk sahabat saya Thomas. Dari sinilah kemudian muncul niat kuat saya untuk menterjemahkan karya-karyanya yang lain dan menerbitkannya ke dalam sebuah pamflet. Sebab, sulit untuk menemukan karya-karya anarkis kontemporer seperti ini, dengan gaya penulisan yang khas dan sangat agresif, tanpa romantisme atau moralisme, bisa disebut Futurisme, gaya sastra yang muncul pada awal abad kedua puluh, yang bertujuan untuk memutuskan hubungan dengan abad lalu dan menciptakan gaya baru yang sesuai dengan perubahan besar dalam dunia baru.

Mulai saya terjemahkan ke dalam bahasa indonesia sejak pertengahan tahun 2010 dan akhirnya berhasil saya rangkumkan menjelang akhir tahun 2011. Walaupun begitu, banyak kendala yang saya temui selama proses penerjemahan teks ini. Beberapa terminologi klasik dalam bahasa itali agak sulit untuk menemukan padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Inilah kendala utama yang paling sering dihadapi saat menterjemahkan teks-teks berbahasa inggris ke dalam bahasa indonesia. Oleh karena itu, beberapa kalimat diubah untuk mencari pengganti kata yang sesuai agar lebih memudahkan menanggapi, tetapi bersamaan dengan itu saya mencoba untuk tidak meninggalkan esensinya. Pamflet ini juga merupakan revisi terjemahan yang ke tiga dari bahasa itali ke bahasa inggris yang saya dapat kembali dari situs anarchyinitaly. Besar kemungkinan terjadi proses distorsi atau perubahan-perubahandi dalam karya-karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa selama beberapa tahun terakhir ini oleh berbagai kelompok dan individu-individu. Begitu pun pamflet ini, juga akan kehilangan originalitasnya. Saya tidak bisa memastikan atau menjanjikan kesempurnaan sejak saya menyadari kemampuan dan keterbatasan saya seorang diri.

Menentukan padanan kata yang paling tepat untuk menterjemahkan Toward The Creative Nothing yang aslinya dalam bahasa italia berjudul Verso il Nulla Creatore ternyata tidak mudah. Butuh waktu yang lumayan lama dengan sedikit banyak pertimbangan-pertimbangan hingga akhirnya saya memutuskan Menuju Ketiadaan Kreatifsebagai terjemahan dan judul yang paling tepat dan sekaligus mewujudkan dan merefleksikan teks-teks syair di dalamnya, seperti terlihat dalam sepenggal kalimat berikut ini “The abyss awaits us, we leap into it in the end: Toward the creative nothing”.

Novatore dalam beberapa karyanya menghina dengan sangat katak-katak proletar, yaitu mereka yang terus tereksploitasi dan tertindas oleh kaum borjuis tapi tetap tenang dan mengamininya seakan-akan itu menjadi sesuatu yang semestinya. Tapi, mengapa demikian? apakah ini kenapa Ia menyebut dirinya sebagai seorang anarkis individualis? Seorang egois? atau mereka yang tak meletakkan segala kepentingannya di atas orang banyak, mereka yang memperjuangkan keinginanya atas kehendaknyasendiri.

Ia tertarik dengan teori-teori yang dijelaskan oleh Stirner, khususnya konsepsi individualisme sebagaikebangkitan ego, tujuan tertinggi bagi seseorang dengan mengingat kepentingannya sendiri dankemudian mendefinisikan dirinya sebagai seorang "Individual One". Oleh karena itu, dari tahun 1908 dan seterusnya, ia menganggap dirinya sebagai seorang anarkis-individualis, seorang dengan pengaruh nihilis yang kuat.

Beberapa kutipan khas pemikiran Novatore adalah:

"Saya seorang anarkis-individualis, jadi saya tidak mau dan tidak akan mendukung perjuangan komunisme ateistik, karena saya tidak percaya pada elevasi agung orang-orang banyak dan saya menolak realisasi Anarki dipahami sebagai suatu bentuk kehidupan sosial bagi manusia. "

“Anarki bagi saya adalah jalan untuk mendapatkan realisasi manusia individual. Manusia Individual bukan berarti realisasi anarki. Jika itu benar, anarki tetap akan menjadi momok, jika impian manusia lemah akan anarki sebagai tatanan sosial, manusia yang kuat akan mengamalkannya sebagai Individualisasi.”

Salah satu pendapatnya adalah bahwa manusia, sebagai warga negara dan anggota masyarakat, selalu terancam oleh dua "momok" sosial: hak asasi manusia, yaitu Negara dan Kristus, itulah agama.

Ia menegaskan bahwa:

"Salib Kristus melambangkan KEMUNGKINAN kamu untuk menjadi MANUSIA, sedangkan’ hak-hak manusia’ melambangkan hal yang sama. Untuk Mencapai kesempurnaan yang pertama kamu perlu untuk menuhankan, yang kedua memanusiakan. Tetapi kedua hal tersebut jelas menyatakan ketidaksempurnaan manusia-individual. Ego sejati menegaskan bahwa hanya melalui realisasi ideal manusia dapat naik ke puncak kesempurnaan magis.

Kristus berkata kepadamu: “jikalau kau akan dengan sabar menunggu kesunyian kalvari untuk kemudian memakumu diatas salib, menjadi sosok seperti AKU, sang MANUSIA TUHAN, Kau akan menjadi manusia yang sempurna, layak duduk di sebelah kanan Bapa saya yang berada di kerajaan sorga”.

Dan Revolusi Perancis berkata kepadamu: Aku akan menyatakan hak-hak manusia. Jikalau kau akan dengan tulus masuk ke beranda (gereja), simboldari keadilan sosial manusia untuk menghaluskan dan memanusiawikan-mu melalui norma-norma moral kehidupan sosial, Kamu akan menjadi warga negara dan aku akan berikan hak asasimu, menyatakanmu sebagai manusia.

Tapi bila ada yang berani melemparkan nyala api ke atas salib dimana sang manusia Tuhan tergantung dan meja dimana hak asasi manusia dicatat miring untuk kemudian bersandar pada kemurnian kekuatan merdeka dari pusat poros kehidupan individual, ia akan menjadi seorang penjahat tidak beriman yang akan dibuang ke dalam rahang berdarah dari dua momok sosial menyeramkan: ketuhanan dan kemanusiaan.

Di sebelah kanan api sulfat dan jurang kekal neraka menghukum DOSA, disebelah kiri, bunyi membuat tuli dari gilotin menghukum KEJAHATAN.

Jadi, untuk agama dan Negara, manusia tidak akan pernah sempurna kecuali jika kau memutuskan untuk berlutut di depan dua momok sosial.

Novatore menganggap kerja-upahan hanyalah bentuk yang lebih halus dari perbudakan, dan ia sering berkata, ketika melihat pekerja yang lusuh dibalut keringat dan debu: "Apakah dia seorang manusia?." Jadi dia pikir, dalam filsafat pribadinya tentang hidup, bahwa ia memiliki hak untuk mengambil alih dari orang-orang kaya apa yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup sehari-hari, dan menggunakan paksaan bukan-lah masalah baginya. Ia kemudian menulis:

Aku bukan pengemis […]Aku hanya mengambil apa yang berhak untuk aku ambil dengan daya kemampuan-ku.

Pada bulan Mei 1919, kota La Spezia berada di bawah kendali Komite Revolusioner memproklamirkan diri, yang dirampas polisi dan pasukan borjuis selama beberapa minggu. Meskipun seorang individualis, Novatore (yang masih buron) berada di garis depan Komisi karena ia percaya bahwa hal yang paling penting adalah untuk menyalakan api revolusi di antara orang-orang dan memulai pemberontakan yang radikal menentang apa yang disebut status quo. Ia berkata.

-“Kau menantikan revolusi? Baiklah kalau begitu! Aku sendiri sudah mulai sejak lama! Bila kau telah siap –Oh, tuhan, betapa ini penantian yang tak ada habis-habisnya!– aku tidak keberatan berjalan denganmu untuk sementara! Tapi ketika kau berhenti aku akan melanjutkan kegilaanku dan berjalan dengan jaya menuju penaklukan besar dan mulia atas kehampaan!

Novatore, setelah pemberitahuan yang jelas bahwa tidak ada lagi tempat baginya di masyarakat, memiliki dua pilihan: bergabung dengan gerakan fasis dan menjadi warga negara yang baik, satu lagi domba di antara para domba atau melarikan diri ke Perancis seperti yang banyak dilakukan oleh rekan-rekannya yang lain. Novatore memilih pilihan ketiga: menjadi bandit dan pemberontak, berjuang hanya untuk dirinya sendiri di atas tebing dari setiap lembaga manusia. Tentu saja, meninggalkan istri tercinta, anak dan sahabat-sahabatnya adalah pilihan yang sulit baginya, tapi ia adalah seorang anarkis koheren sejati. Pada musim panas tahun 1922 ia bergabung dengan gerombolan perampok inspirasi anarkis yang terkenal: Sante Pollastro, dan dicari oleh polisi sebagai musuh masyarakat meskipun usianya masih muda.

Novatore menikah dan memiliki dua anak pada saat itu. Pada bulan-bulan terakhir tahun 1918, putranyawafat, Novatore kembali ke rumahnya, mempertaruhkan penangkapannya hanya untuk memberikan ucapan perpisahan yang terakhir kepada jenazah si kecil. Kemudian ia pergi lagi. Selama musim panas 1919, Italia diguncang oleh sejumlah protes besar, pemogokan dan pemberontakan setempat terhadap kebijakan pemerintah yang mendatangkan malapetaka, represi berat dari polisi, biaya hidup yang tinggi dan kondisi menyedihkan dari kaum pekerja.

Peradaban industri kapitalis akan mencapai senjanya, dan ketika saat itu tiba, jiwa-jiwa bebas akan merayakan kegembiraannya dengan sebuah balada dan tarian senjakala.

Makassar 2012

Hidayat

Swatantra@riseup.net

10.5.11

Balada Senja

Ini adalah saat dari pemikiran suramku.
Setan-ku tidur.
Tidur di kegelapan senja
dari jiwaku ini.
Sang setan merah.
Dari kesenanganku yang mengerikan..
Aku merokok...
Aku merokok putus asa,
Sungguh. Selalu.!
Selalu! Selalu! Selalu!
Aku ingin berpikir, menulis, dan bernyanyi...
Tapi setan-ku tidur.
Tidur di kegelapan senja
dari jiwaku ini.
Sang setan merah.
Dari kesenanganku yang mengerikan.
Dan pemikiran tak kunjung datang...
Tak juga tawa dan kutukan!
Dan inilah saat tergelapku,
Gelap menyedihkan..

* * *

aku memperhatikan, dengan bingung, rokokku.
Tipis, pucat dan panas
seperti kekasih yang sakit.
Aku memperhatikannya terhisap sangat perlahan
seperti hidup dan mimpiku.
Seperti hidup dan mimpi dari semua saudara-saudaraku.
Abunya jatuh ke tanah dan berhamburan.
Asapnya membumbung, tebal dan kelabu di udara
dan juga berhamburan. Lantas.
Tak ada yang tersisa untukku.
kecuali sedikit kuning nikotin di bibir terkasih.

* * *
Setan-ku tidur.
Tidur di kegelapan senja
dari jiwaku ini.
Sang setan merah
dari kesenanganku yang mengerikan.
Aku memperhatikan Matahari!
Aku melihatnya turun di antara pusaran air keemasan,
laut emas yang indah.
Dari emas dan darah ...
Tapi hatiku digigit.
Digigit oleh suara isakan yang dingin,
tanpa harapan atau air mata,
tanpa kebencian atau cinta.
Oh, kalau saja aku bisa menangis...
Kalau saja aku bisa memaki...
Tapi, tidak!
Tidak! Tidak! Tidak!

* * *


siapa?
Siapa yang telah membuatku begitu buruk?
Siapa penjahat
dari penderitaanku ini?
Oh ibu... Ibuku ...
Kalau saja aku masih punya kekuatan.
Setidaknya aku bisa mengutuk-mu ...
Tapi, tidak!
Tidak! Tidak! Tidak!
Meskipun begitu, akhirnya hanya kau
Yah, kau!
Yang telah memberiku kehidupan,
yang telah memberiku kesakitan,
yang telah memberiku kejahatan!
Tapi katakanlah:
Apakah kau percaya pada kegembiraan hidup?.
Apakah karena itu pula aku anak lelaki bak mimpi luar biasa-mu ini?.
Ataukah aku hanya anak lelaki tervulgar,
yang lahir dari ke-taksadar-an bersama?
Tapi kemudian mengapa, oh ibu,
kau tidak memiliki
- Satu hari-
yang menginspirasimu dengan heroik
untuk menghantamkan perut buncitmu,
Di atas batu yang keras. Sungguh!
Karena aku tak menghendaki melihat matahari.
Karena aku tak menghendaki
hidup sengsara seperti ini.
Yah, karena itu lah yang membuatku sangat menderita, sangat...
Oh ibu, kau menangis?
Kenapa?
Apakah kau merasa menyesal telah melahirkanku?
Bisakah kau bayangkan kejahatan
yang telah menyiksa dan merusakku amat sangat?
Oh, kalau saja aku punya kekuatan,
Sehingga aku bisa mengutuk-mu...
Tapi, tidak!
Tidak! Tidak! Tidak!
Aku terlalu pengecut!

* * *


Sungai mengalir dan bernyanyi ...
(Sungai indah nan damai dan tertawa)
Mengalir di atas dasar yang halus
membasahi debu
dan busa putihnya
berumbai dengan emas.
Sang karang titan
membersihkan sisi-sisi granitnya
di dalam air-mu yang jernih.
- Oh sungai sunyi -
dan duduk ditepimu,
aku
memperhatikan daun hijau,
disulam bayangan, cahaya,
dan belaian angin. Sungguh!
Aku memperhatikan. Berpikir dan mengingat ...
Tapi jiwaku gelap
dan, semuan di sekitarku,
menjadi malam tangisan. Menyedihkan.
Aku tak cinta lagi.
Aku tak percaya lagi!

* * *

Siapa?
Siapa yang telah membuatku begitu buruk?
Para wanita dan Cintanya?
Para pria dan persahabatannya?
Masyarakat dan hukumnya?
Kemanusiaan dan imannya?
Mungkin mereka semua!
Mungkin tidak satupun dari mereka!
Aku tidak tahu ...
Aku merasa sangat buruk ...
Begitu banyak! Begitu banyak! Begitu banyak!
Keburukan, disini ... Didalam pikiranku!

* * *

Setan-ku tidur.
Ia tidur di kegelapan senja
dari jiwaku ini.
Betapa menyedihkannya aku...
Sedih dan murung..


* * *

Aku berharap punya teman baru.
Teman baru yang sejati.
Aku perlu menceritakan
(ke seseorang)
tentang kemurungan menyedihkanku ini.
Tapi aku tidak punya teman
aku SENDIRIAN!
Sendirian dengan
KEMURUNGANKU
Sendirian dengan takdirku.
Sendirian, sungguh sendirian!

* * *



Setan-ku tidur.
Sebersit ingatan
melitas di otakku.
Ingatan tentang mimpi,
Mimpi seorang pemuda:
" Menjadi pria kuat dan bahagia,
memelukmu, dan kau pun mendekap
dengan tubuh bugil seorang wanita
cantik, bergembira dan bersenang-senang,
Kita rayakan dan muliakan
dengan anak yang lugu dan bahagia.
Kemudian:
Bunga dan matahari.
Musik dan tari.
Bintang dan puisi.
Lagu-lagu dan cinta ".


* * *


Setan-ku tidur.
Kuning, hitam,
dan kilasan kehijauan
dari kenyataan busuk!
Melintasi otakku
Kilasan kenyataan yang melewati ...
" Sebuah paduan kebiadaban dan kebrutalan.
Sebuah gabungan kemunafikan dan kebodohan.
Sebuah pencampuran kepengecutan dan kebohongan.
Sebuah totalitas kotoran dan lumpur ".
Ah, tidak!
Tidak! Tidak! Tidak!
Aku sungguh menderita!
Sungguh! Sungguh! Sungguh!.


Matahari telah terbenam.
(Matahari indah dari emas)
Sang Malaikat malam
dalam sekarat kematiannya...
Dedaunan hijau yang dingin,
Tulang-belulang yang tertawa
Sang sungai
(sungai indah nan jernih)
kini menjadi ular hitam
melata dengan menakutkan
di antara hamparan batu karang.
Makam suram dan sunyi.
Makam suram dan gelap.

* * *

Rokokku padam ...
(Rokokku yang pucat dan panas
seperti kekasih yang sakit)
Abunya berhamburan
bersama dengan asap.
Tak ada yang tersisa untukku
kecuali sedikit kuning nikotin
di bibir terkasih:
Seperti hidup dan impian. sungguh!


* * *


Aku berangkat menuju kegelapan senja
dari jiwaku ini
Setan merah-ku bangun dengan sendirinya.
Aku merasakan arus darah pahit
mengalir di bibir terkasih ...
Aku punya firasat tragis ...
Apa yang akan terjadi malam ini?
Tapi ... sang bintang.
Sang bintang yang terhormat
akan melihat.
Oh, andai aku dapat sekali lagi
walau hanya tertawa dan mengutuk...
Tapi aku melihat cahaya kejahatan (Apakah itu api unggun?)
Bersinar di kegelapan malam.
Aku harus MENYERANG!
Sebab aku merasa ...
Aku merasa! Aku merasa! Aku merasa!
aku adalah sang bintang yang berbalik
menuju matahari yang terbenam tragis.

* * *




Renzo Novatore
Balada Senja
Tahun penulisan tidak di ketahui
Simponi pembuka yang “MENGGEMPARKAN”, Oleh Renzo Novatore (Abele Ferrari), tanggal penulisan karangan tidak di ketahui. Terjemahan oleh Penari Senja 2011. Renzo Novatore menulis
Tentang kesedihan dan keterasingan kehidupan dalam syair menyentuh ini dengan tema diantara
Kemasaman cinta dan kekejaman yang lahir dalam sebuah dunia permusuhan dan penindasan.
Sumber : http://theanarchistlibrary.org/HTML/Renzo_Novatore__Twilight_Dance.html

9.5.11

Tangis Pemberontakan

Didedikasikan untuk seluruh rakyat jelata.


Runtuhnya bangsa dan kemanusiaan
Akan menjadi tanda dari elevasiku.
- Max Stirner


Aku diliputi kegelisahan. Beragam pertanyaan mengenai semangat yang tersimpan dalam diri manusia-manusia baru, yang tak mampu lagi menjaga dirinya dari sejarah beracun Socrates dan salib Kristus yang legendaris itu.

Kedua bentuk pengorbanan tersebut, untungnya kini telah jatuh ke dalam jurang terdalam dari bayangan masa lalu, - tidak diragukan lagi – ditelan mentah-mentah demikian sempurna dengan mengorbankan kehebatan , alunan nada serta manifestasi akan kehidupan bebas yang senantiasa berdenyut dalam diri setiap individu .

Dan aku menyatakan bahwa, berbeda dari Socrates dan Kristus, Diogenes sendiri tampak sebagai seorang inovator yang tangguh, semenjak tong anggur kepunyaannya memiliki makna yang berbeda dan jauh lebih mendalam dibanding sejarah beracun Socrates atau pun salib Kristus yang legendaris itu.

Namun jika Socrates dan Kristus, dengan kematiannya yang sia-sia, menyerang potensi sejati dari setiap individu hingga mereka berdarah dengan begitu mengerikan, akankah semua sejarah revolusi akan mengikuti bentuk yang sama pula?

Bukankah Etika ke-kristen-an secara konseptual berjaya atas masyarakat pagan (yang nyaris ditiru oleh masyarakat lainnya) melalui dinamika revolusioner ?

Dan seluruh kaum liberal, konstitusional, absolutisme atau pun ... republik demokratik, kerajaan atau monarki, bukankah mereka semua terlahir dari derasnya darah yang mengalir, bergelombang di atas tanah yang dihanguskan oleh perang dan revolusi?

Tetapi mengapa kekerasan dan denyut kencang dari setiap revolusi yang pernah pecah, selalu dengan demikian bebasnya, memungkinkan momok-momok baru untuk muncul kembali sebagai penguasa yang berdaulat?

Jawabannya tentu saja tidak akan lama muncul sebab tak seorang pun akan kesulitan untuk memahami bahwa semua revolusi telah dijinakkan dalam berbagai cara, dan para revolusioner - dengan pengecualian terhadap minoritas kecil, yakni para "orang gila" – selalu secara otomatis dibimbing oleh momok-momok tak masuk akal dan luar biasa.

Tapi nilai apa yang dimiliki oleh hantu-hantu itu bagiku? Apa gunanya semua ini padaku? Bagiku, yang menentang segala bentuk pemujaan (ikonoklas), seorang pembunuh momok, seorang penghancur berhala-berhala lama dan baru?

Apa gunanya, misalnya, kejayaan ke-kristenan itu bagiku? Bagi saya, seseorang yang sangat anti ke-kristen-an?

Dan republik dan monarki, serta semua bentuk masyarakat yang telah bangkit sebagai penguasa "suci" dan hanya mampu mengenali "Ke-kristen-an", "subjek", "warganegara", "anggota", beserta yang lainnya, di dalam diriku? Semenjak saya tidak sulit untuk memahami bahwa dalam setiap bentuk masyarakat keberadaan "sistem" haruslah eksis, Sesungguhnya, sistem ini, yang terbaik dari yang terbaik: sebuah bentuk Persamaan..!!! mereka ingin menyamakan semua orang, agar tunduk dan patuh.

Tapi setiap sistem yang "suci" dan segala yang Suci, walaupun itu bersifat ketuhanan atau pun sesuatu yang manusiawi, menuntut penolakan dan penghinaan dariku, atas sisi Individualitas-ku. Tapi itu belum semuanya.

Karena setiap bentuk masyarakat, lahir dari fragmen usang yang jatuh ke dalam kehampaan dengan begitu mecolok, memiliki keyakinan bahwa itu adalah satu-satunya hal yang sempurna. Dan dogma kesempurnaan ini bergerak secara reaksioner sepenuhnya melalui kegelisahan para pemberontak yang sama sekali tidak berniat untuk tunduk di hadapan Tuhan yang baru: saat ini, misalnya, jika pemberontakan terhadap seluruh gudang di Rusia menemukan kesepakatan dan pembenarannya di berbagai koran lokal busuk, mereka tidak akan menyetujui atau membenarkan hal terkutuk tersebut jika pemberontakan semacam itu berhasil merusak ... rahasia terdalam para kaum liberal dan demokratik di Italia. Justru sebaliknya.

Tapi mari kita melangkah maju lagi. Anggap saja, misalnya, bahwa esok Republik akan diproklamasikan di Italia. Dalam kasus seperti itu,” tidakkah sebagian besar dari mereka yang berpura-pura menjadi revolusioner yang marah saat itu kelak dapat menjadi kumpulan kaum konservatif reaksioner di masa mendatang?”

Dan jika beberapa "pemarah", beberapa "orang gila", ditambah sekumpulan "pemuja" hendak meruntuhkan bangunan/berhala baru mereka, tidakkah mereka justru akan melahirkan Tuhan yang baru lagi? Tapi ada kabar baik yang tersirat dalam pikiranku – malah mungkin teramat bagus – dari seruan orang-orang tersebut : Tapi kemudian muncul pertanyaan, tidakkah ia merupakan musuh dari Revolusi? - Tidak, tidak. Oh, orang-orang yang baik, dengarkan aku sekali lagi, semenjak aku merupakan seorang revolusioner yang membuatku nyaris tak mengenali diriku lagi..!! Dan apakah kau tahu mengapa saya menjadi seorang revolusioner yang hampir tidak bisa dikenali? Ada suatu Alasan sangat sederhana yang demikian hebat dalam kesederhanaanya itu. Alasannya adalah : karena saya adalah seorang revolusioner yang mengembangkan keinginan dan potensi diri hanya dipandu oleh impuls luas dan tak terkendali.

Tidak ada satu momok pun yang membimbing jalanku, yang ada hanyalah diriku. Tiada mimpi tak masuk akal mengenai sebuah masyarakat sempurna yang akan menyelamatkan manusia secara universal, yang ada hanyalah kebutuhan mutlak bagi penegasan/afirmasi potensi kedirianku yang mendahului segala bentuk potensi lainnya.
Tuhan, Negara, Masyarakat, Kemanusiaan, dll, memiliki alasannya sendiri. Jika saya tidak ingin menunjukkan ke-Tuhan-an ku, itu dikarenakan saya adalah seorang "pendosa". Jika saya tidak ingin tunduk pada Negara, Masyarakat, serta Kemanusiaan, itu dikarenakan saya adalah "penjahat", seorang "kriminal", dan "nakal". Oh, sungguh aku terjebak dalam lingkaran fana norma-norma yang mereka rakit begitu sempurna.

Tapi apa itu "dosa"? Apa itu "kejahatan"?

Di sini sekali lagi, saya tidak berpikir ada suatu kebutuhan bagi sebuah penyimpangan panjang dan rumit untuk menganalisis semua ini, Semenjak anak-anak sekalipun harus tahu dari sekarang bahwa dosa yang sangat serius yang dapat Anda lakukan terhadap ketuhanan adalah mencela-Nya, dan tidak mematuhi-Nya, menajiskan dan menyangkal-Nya. Singkatnya, menodai apa yang suci dan “sakral” secara manusia merupakan “dosa” terbesar, sebuah “kejahatan” terbesar

"Sakral"..!!! Inilah hantu terbesar dan mengerikan yang mendahului semua hantu yang ada sekarang.

Inilah tablet usang dan keras yang harus dihancurkan oleh manusia-manusia baru!

Para Free Spirit (jiwa-jiwa yang bebas), Ikonoklas, serta mereka yang dilabelkan “berdosa” dan “jahat” yang menjadi sumber mata air dari pancaran sintesis kehidupan tertinggi.

Dan bahkan rakyat jelata sekalipun--ketika hal-hal baru dipelajari untuk memuaskan rasa hausnya, melalui mata air yang baru itu--dengan cepat akan menyadari bahwa itu juga merupakan granit yang sangat potensial.

Tapi untuk melakukan hal ini, rakyat jelata harus berhenti membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa takut.

Oh, para rakyat jelata, dengarkan aku! Aku bukanlah Kristus baru yang datang untuk mengorbankan diri di atas altar penebusan kalian. Jika saya melakukan ini, saya pastilah akan menjadi orang gilanya dan Anda semua akan menjadi pengemisnya.

Aku meletakkan bibirku di telinga profan kalian dan memunculkan tangis. Sebuah tangisan menakutkan yang kan membuatmu semakin pucat. Tangisan yang ku keluarkan merupakan sosok pemberontak Jerman terhebat, seorang Max Stirner. Maka dengarkanlah, Semenjak hanyalah kejayaan tangisan magis ini yang akan melenyapkan kejelataan-mu agar kalian dapat bangkit kembali dalam bermekarannya potensi seluruh sekutu kalian yang ter-individual-kan. Inilah tangisan magis. “Para Egois yang ssenantiasa menegaskan dirinya dengan kejahatan dan melalui tangannya yang melanggar kesucian, telah menarik berhala-berhala sakral/suci jatuh dari tumpuannya. Adalah hal yang penting untuk mengakhiri segala yang disakralkan; atau paling tidak : kebutuhan untuk melanggar yang disakralkan mesti menjadi sesuatu yang umum. Bukanlah revolusi baru yang sedang datang mendekat; tapi suara-suara kejahatan tanpa sadar yang begitu dahsyat, berkecepatan tinggi, tanpa rasa malu menggemuruh layaknya petir di cakrawala. Tidakkah kau lihat bahwa tanda-tanda langit telah mulai menghitam dan membisu?”

Tapi sekali lagi, oh rakyat jelata, aku melihat kalian kembali menjauh dan berteriak padaku dengan nada mengerikan: "Apakah gerangan kejahatan ini? Apa maksud semua ini? "

Ah, , rakyat jelata! Apakah Anda masih tidak mengerti ucapannya?

Baiklah, dengarkan lagi. Dia yang berbicara: "Letakkan tanganmu pada apa pun yang kau butuhkan. Raihlah, itu adalah milikmu. Ini adalah bentuk deklarasi perang semua melawan semua. Aku sendirilah yang menjadi hakim dari apa yang aku inginkan sejak lama ini" Sekarang Anda mengerti, oh rakyat jelata,. Kejahatan apa yang BERSUARA BEGITU MENGGEMURUH DI KAKI LANGIT itu? Tapi kalian, oh para rakyat jelata, mungkin belum mengetahui bagaimana menyesuaikan diri dengan ide-ide mengenai perang yang abadi, Kalian telah mengayunkan diri layaknya bayi yang malang dalam mimpi-mimpi manis akan kedamaian yang abadi. Dan siapa yang dapat mengetahui berapa banyakkah berhala-berhala yang masih kalian miliki untuk disembah dan pada altar-altar siapakah yang masih kalian miliki untuk mengorbankan diri kalian sendiri!
Sungguh kalian rakyat jelata yang menyedihkan!

Dan bagiku, orang buta sekalipun akan dapat melihat kondisi sekarang ini, bahwa siapa pun yang tak mampu menerima perang abadi sebagai bentuk penegasan dan kejayaan mesti menerima perbudakan abadi demi kejayaan momok-momok yang menakjubkan itu, yaitu mereka yang menyatakan dirinya sebagai musuh-KU.

Yah baiklah, oh rakyat jelata, Aku telah memutuskan, sekali lagi, untuk sungguh-sungguh tulus denganmu. Dan inilah yang dikatakan oleh ketulusan hatiku – Saat ini, Kalian mengorbankan diri dalam parit berlumuran darah demi tujuan yang bukan milikmu. Besok kalian mungkin mengorbankan diri dalam tanah yang dibuat semerah darah oleh Revolusi untuk kemudian memungkinkan cacing parasit dan perusak yang baru bermunculan di lautan darah , yang mengalir keluar dari hangatnya aliran darah yang menyembur keluar dari nadi kalian, sehingga berhala-berhala baru dapat bangkit dan menduduki kalian layaknya Tuhan/Dewa di masa lampau.

Alunan suara cinta, belas kasih dan Hak sosial akan kembali, membuat dirinya terdengar, dimainkan begitu terampil di harpa yang baru dan menjadi komponen-komponen simfoni paling kuno.

Rakyat jelata, dengarkan aku! Aku masih punya sesuatu untuk dikatakan pada kalian. Apapun yang masih harus kuberitahukan pada kalian semoga saja bisa menjadi sesuatu yang berarti walaupun itu berat bagiku, bahkan sangat berat.

Jadi di sinilah aku. Aku yang UNIK dan selama itu pula kalian tetap rakyat jelata, aku tidak akan menjadi rekan kalian. Tapi ketika aku melakukannya, maka itu aku lakukan agar dapat menarik kalian keluar melawan musuh-musuhku, yaitu mereka yang menguasai kalian. Tapi layaknya rakyat jelata yang lain, kalian tidak akan mau membiarkan diri kalian untuk ditarik keluar selama kalian masih sangat memuja Pemimpin-pemimpin kalian.

Kalian masih ingin terus mempertahankan kehidupan dengan kaki-kaki kalian. Tapi aku telah memahami kehidupan.

Dan siapa pun yang memahami kehidupan tidak akan bisa hidup dengan berlutut.

Aku bahkan memahami semua perangkap yang dciptakan oleh pemilik dari semua ini bagi diriku.

Ketika mereka melihat saya berbaris dengan berani untuk menaklukan hidupku, dipersenjatai dengan segala potensi diri yang tak terbendung, mereka menempatkan semua hantu mereka yang menggelikan dan gila mendahului mataku yang penuh hasrat.

Mereka mencoba melancarkan teror padaku melalui momok-momok "sakral", tapi sejak Aku, seorang penentang segala bentuk pemujaan berhala, seorang yang tak ber-Tuhan, yang memaki dan mengejek segala yang "sakral" dan "suci", dan sejak, seperti halnya Armida, aku menghancurkan istana yang telah membuatku menderita karena pesonanya, mereka membuang topeng suci mereka dan melancarkan perangnya terhadap diriku, memaksakan yang paling ekstrim terhadap diriku.

Itu adalah hari, oh..rakyat jelata, dimana aku memiliki wahyu sejati atas hidup ini dan tempat seperti apa yang akan dimiliki oleh Keunikan diriku.

Kini aku hidup di atas kakiku. Mataku tak lagi mengerti arti tidur .

Aku tidak mengakui hak-hak seseorang atas diriku. Hanyalah kekuatan yang mampu mengalahkanku saat ini, dan bukannya momok.

Aku berkata, hanya kekuatan yang bisa mengalahkanku. Tapi saya juga menggunakannya. Aku tak lagi meminta siapapun untuk hal apa pun.

Aku bukan lagi seorang pengemis.

Aku hanya menyediakan segala sesuatu yang menguasai diriku sesuai dengan kapasitas serta potensi diriku.

revolusiku telah dimulai sejak lama.

Dari saat aku mulai mengenal kehidupan, Aku mengambil senjataKU dan menyatakan perangKU.

Aku berjuang untuk kepentingan diriku. Tak ada sebab lain lagi yang dapat menarik perhatianku.

musuhku juga berjuang untuk tujuan mereka sendiri dan melawanku.

Tapi aku sama sekali tidak membenci mereka atas ini.

Kepentingan SEJATI yang mereka miliki untuk melawanku telah membebaskan mereka dari kebencianku karena aku telah mengangkat senjataku melawan mereka melalui kepentingan SEJATI-ku.

Aku mungkin berbaik hati membunuh mereka demi kejayaanku, namun tanpa membenci mereka, tanpa menganggap rendah mereka, maka Aku tidaklah berjuang untuk menghancurkan momok/hantu-hantu itu!

Sebaliknya, aku benci pengemis, orang-orang kikir, dan semua orang yang tidak berani melawan, tapi siapa yang mampu mengetahui bagaimana caranya memohon dan menangis.

Mereka adalah orang-orang yang mengais remah-remah yang jatuh dari meja mewah para musuhku.

Dan dengan orang-orang kikir ini tubuh dan jiwa para musuhku menciptakan kekuatan buta dan tangguh untuk mulai melawanku dalam pertempuran yang telah dimulai di antara kita para Egois.

Tapi apa yang pernah dapat dicapai oleh orang-orang kikir ini dari kemenangan atas diriku, dipersembahkan oleh para musuhku, yaitu oleh Tuan mereka? Tidak lebih dari sekedar remahan biasa dan perbudakan yang abadi!

Lalu apakah kalian sesungguhnya, oh..rakyat jelata, jika bukan orang-orang yang buta, tak sadar, sekumpulan massa pengemis yang melancarkan perang terhadapku untuk membela Tuan kalian? Dengarkan aku, oh rakyat jelata, kalian harus melenyapkan hal semacam itu, Anda harus tidak memiliki tempat di dalam teater kehidupan baru.

Apakah Anda tersenyum penuh curiga padaku? Apakah Anda ingin memukulku?

Mungkinkah dengan pukulan itu aku telah berhasil membangkitkan suatu residu terdalam dari kebanggaanku atas dirimu yang tidur tersembunyi di sudut-sudut terpencil di pikiranmu, yang telah direndahkan selama berabad-abad lamanya?

Sudahkah Anda mendengar di kejauhan sana bunyi terompet perang yang bersuara mengumumkan serangan tak terkalahkan dari yang unik terhadap momok-momok berupa: Negara, Masyarakat, Tuhan, dan Kemanusiaan ...

Anda pun mulai tampak pucat dan ingin melarikan diri, apakah anda ingin menyeret semua satelit anda ke dalam jurang kekosongan yang kekal?, dan kaki-kaki pemberontak Free Spirit serta para Ikonoklas melangkah maju menghadapi langit yang dipenuhi badai Masa Depan!

Renzo Novatore. Tangis Pemberontakan
Revisi terjemahan oleh Penari Senja 2010
Sumber : https://sites.google.com/site/anarchyinitaly/renzo-novatore/cry-of-rebellion

Menuju Badai

Inilah hari dimana kami akan tetap
dengan kepala mengangkat dan segalanya
kami dapat melakukannya, kami tidak akan meninggalkan
sebelum kami menyelesaikannya.
– W. Goethe



Kami menjadikan pena merah membara dalam api vulkanik dari roh ketiadaan kami;

Kami membenamkannya dalam semangat hati kami, membengkak bersama darah pemberontakan dan, dalam roh atheis kami yang menyala, kami menulis, kami menulis…kami lalu menuliskan, dengan begitu cepatnya, tanpa melalui penelitian literasi, tanpa melalui ideologi teoritik yang menjijikkan, tanpa kefanatikan dan omongan tolol yang begitu sentimental dari mereka yang histeris dan para politikus, hanya terbungkus di dalam mantel hasrat kami yang penuh marah!

Kami hanya menuliskan kata dari darah, api dan cahaya!

Memekik, menggembalakan pena kasar yang menyala dan segala energi pada tulusnya kertas putih ini,

Seperti lidah berbisa yang menyentuh lembutnya tenggorokan dari anak tak berdosa untuk memberi, racun, kematian. Menjauhlah, menjauhlah dariku segala ideologi, teosofi, filosofi dogmatis dan politik ; menjauhlah setiap sistem pra-kedaulatan: Semua itu telah jatuh terbakar di bawah api perusak dari roh ketiadaanku.

Aku adalah nihilis sempurna, seorang ateis radikal.

Tidak hanya mulai hari ini, tidak, apa yang aku temukan, apa yang aku singkapkan,

Telah kuketahui bahwa yang unik, adalah satu-satunya, bingkai terindah dalam kebebasan yang Berdiri tegak,

khidmat dan keagungan individualitas manusia adalah kehampaan, kehampaan sejati!

Tak satu penjara mengerikan pun yang akan mampu mengunci roh pemberontakan dan ikonoklastik milikku; tidak juga hari ini atau pun sebelumnya!

Saat ini ketika bel waktu raksasa telah dibunyikan dan telah bersuara demikian hebatnya hingga mampu mematahkan kerasnya leher para idiot itu adalah berasal dari kehampaan

Yang harus meloncat penuh amarah di luar ruas-ruas membara dari api yang menghitam,
Dalam dorongan hasrat atas spontanitas pemberontakan akan membentuk gemericik gumpalan api, datang mendahului wajah setiap orang, akan memberikan pengumuman pertama atas akhir kehancuran. Inilah saat dari kebencian yang begitu tergesa-gesa, suatu kegelisahan yang begitu buruk!

Inilah saat yang akan mendahului masa surgawi dari tragedi yang sedang mendekat,
Yang akan memberi kita kematian dan kemegahan heroik.

O waktu yang diberkahi yang memberikanku segala intensitas semangat yang begitu tergesa, aku mencintaimu!

Takkan kuberikan kepahitan yang kau berikan bagi semua manisnya dunia yang hanya sedikit saja; Takkan kuberikan demam yang kan meruntuhkan kuilku dan membakar kuilku,

Yang membakar dahiku, demi ketenangan dan kedamaian dari semua manusia yang keji!

O setan ilhami aku! Kau mengilhami aku O saudara suciku!
Beri aku kekuatan neraka tuk menyalakan semua roh perawan itu, yang masih belum
terbakar dalam ampas kotoran teori menyesatkan; Jadikan aku mampu menggenggam dengan keras segala pecinta heroik dan kemegahan libertarian atau kematian yang begitu berani.

Namun semua itu pasti! Semua itu harus terjadi! Jiwa-jiwa yang ketakutan itu dengan tenangnya berbaris bersama teman-teman suci dan tuhan kebajikan mereka yang tolol
Tetapi kita berbaris!

Telah tiba waktunya untuk berbaris bagi mereka, yang mendominasi segala yang ideal,
Yang telah menjadi simbol dan inkarnasi. Terbungkus di dalam siksaan kami yang begitu suci,

Kami akan mulai mencumbu, bersama kenyataan, kami akan menyatakan pada manusia
dimana jalan yang kan membawa kita pada cahaya baru! Kami pasti jatuh??
Tidak masalah! Kami menghendaki pembebasan dari hidup tolol yang merendahkan ini,
dari perbudakan, dari watak seorang budak, dimana disana berdiri manusia yang harus kami sembah dan jiwa berbicara tertunduk, merendahkan suara, layaknya berdoa.

Kita harus membunuh filosofi Kristen dalam makna katanya yang paling radikal.
Berapa banyakkah yang berjalan menyelinap di dalam peradaban demokratis (Inilah bentuk kerusakan paling sinis dari kebejatan Kristen) dan itu kan terus berlangsung menuju negasi kategorikal dari individualitas manusia.

“Demokrasi ! mulai saat ini kita telah berpendirian bahwa hal itu bermakna seperti yang dikatakan oleh Oscar Wilde bahwa Demokrasi mengartikan orang-orang yang memerintah orang lainnya dengan pukulan tongkat demi cinta orang lain”.
Menentang semua yang menyuarakan saatnya insurgensi dan bukan hanya dengan sejumlah rengekan teoritik tak menyenangkan sekaligus menjijikkan dari domba-domba itu….
Lebih banyak lagi keinginan dalam senjakala peradaban penuh darah ini yang telah mencapai masanya!

Salah satu dari kematian atau pun fajar yang baru, dimana individualitas akan hidup di atas segala hal.

Aku telah lupa akan segalanya, sungguh tak lupa : melampaui (dan aku mengetahuinya bersama apa yang selama ini menyiksa), juga cukup melampaui cinta bagi teman-temanku serta cinta mendalam terhadap anakku. Buku-buku milikku…yang terpenting melebihi segala yang ku cintai kini tertidur nan jauh di sana, jauh dariku; mungkin jauh dalam sebuah rumah tua, bersama peti besar, mungkin juga tertutupi debu, mungkin bermandikan air mata kawan-kawan ku tercinta.

Namun juga cinta kepadamu, oh…buku-buku ku tercinta, o obor cahaya dari gagasanku, telah dilewati! Saat ini! Aku merasa dalam diriku ada sesuatu yang lebih kuat dari semua cinta, yang menciumi jiwaku dengan semua panas dari pesona tak tertahankan….
Pada fragmen-fragmen dari semua yang telah kuhancurkan bersama negasi, sebuah keyakinan telah lahir.

Keyakinan tentang ketidakmungkinan yang berubah menjadi mungkin dari dasar negasiku, atau purifikasi penghabisan, sungguh nyata, yang berada di antara nyala api dari katastropis paling akhir, begitu tragis dan menyelamatkan. Saat ini ku mencoba satu jam saja mendekap anarki penuh amarah, untuk saat itu kan ku berikan seluruh mimpi ku, seluruh cinta ku, seluruh hidup ku. Tetapi waktunya kan tiba! Oh, itu kan tiba! Dan jika waktunya belum lah datang kan ku berikan secara sukarela pada tangan-tangan kanibal masyarakat idiotik nan buas itu yang telah menghadirkan padaku sebaris kalimat kematian yang sangat sempurna (agar aku diingatkan untuk menggenggam ide superior yang berguna untuk mengajarkan bahwa kemerdekaan suci atas AKU adalah sesuatu yang jauh lebih indah dan lebih hebat dibandingkan perang mereka yang buas) dan aku ingin ditembak dengan sinis dalam tanda kejijikan mendalam terhadap diriku sendiri dan kepengecutan seluruh umat manusia yang tak bernama.
Beri salam pada “LIBERTARIO” yang telah bangkit dan INSUREKSI selanjutnya yang kan datang, dengan rasa persaudaraan kujabat tangan para pemberontak sejati dari beragam tendensi !

Saat ini malam tuk beraksi !

Dari bunga api paling awal aku kan berada di sampingmu…………..


Renzo Novatore. Menuju Badai. 1919
(terbit di “Il Libertario”, La Spezia, a.XVIII, n.721, 27 February 1919
Terjemahan oleh Penari Senja 2010
Sumber : https://sites.google.com/site/anarchyinitaly/renzo-novatore/toward-the-hurricane

8.5.11

Kutipan dari Vertices

(Pengantar dari terbitan pertama Vertice)

"Kami merasa benar-benar berada diluar semua paham dan teori. Kami akan memberangus semua karya-karya bodoh dan semua tulisan-tulisan yang berafiliasi dengan sekolah-sekolah avant-garde, yang berusaha memaksa pada pemikiran-pemikiran lebih murni. Kami benar-benar akan menolak semua karya murni dengan keahlian teknis kecuali jika mereka mengabdi untuk mengekspresikan pemberontakan estetika. kegelapan, kesucian. kekuatan, tawa penghancur akan ketidakmungkinan, penjelajah pemberani dari puncak tertinggi dan jurang terdalam. Mari meng-gemuruh-kan raungan keindahan kita untuk melumatkan kawanan orang-orang hina menjijikkan dari bau busuk pikiran lemah mereka. "

Aku tidak ingin mengumumkan atau menjanjikan sesuatu. ada nabi yang terlalu banyak berbohong dengan membuat pernyataan akan kemungkinan kehidupan baru, dan bahkan, ada lagi orang-orang vulgar yang menjanjikan sebuah dunia dari kristus-kristus baru dengan penebusan darahnya... Siapakah mereka? aku tidak tahu! aku tidak bisa menjelaskan! ... yang aku tahu, aku adalah gabungan antara kesederhanaan, dan kebanggaan, kebijaksanaan dan kebodohan, antara kebajikan, kepecundangan dan kepahlawanan, cahaya dan kegelapan, dan antara logika dan kemustahilan. Aku tergantung di atas jurang yang tidak diketahui dalamannya dengan mataku terus tertuju pada sebuah puncak yang jauh, yang mungkin saja tidak lebih dari sebuah ilusi. aku tahu bahwa dalam diriku ada sinar terang matahari dan bunga-bunga puncak bak taman indah di musim panas. Aku juga tahu bahwa ada gua-gua gelap tersembunyi yang tidak akan pernah melihat cahaya sepanjang hari.

Aku telah menemukan beberapa kawan yang menyerupaiku sampai taraf tertentu seperti juga aku menyerupai mereka sampai taraf tertentu dan bersama-sama kami membangun rumah kristal pada bebatuan di sebuah puncak. Tapi ini bukan mengapa kami menganggap diri kami dewa. Ada elang dan ular yang seperti dewa, mencintai kemuliaan suci ... kami pun berada diantara mereka. Kita semua adalah ciptaan, tetapi ciptaan tertinggi, bersama menundukkan badan diantara semak-semak simbolis bentuk seni bebas yang sebenarnya. Kami akan menanamkan bunga beracun dengan keindahan murninya dalam kedengkian kera-kera nakal yang tinggal di dataran rendah berawa masyarakat, yang akan melemparkan kutukan tidak berdayanya menuju sarang kami, para pertapa bengis.

Aku sudah menarik kesimpulan dari pernyataanku, tetapi aku masih belum mempunyai definisi sendiri. Aku tahu siapapun itu, bahkan mahluk hidup yang paling hina sekali pun memiliki hak untuk membuat pernyataan semacam ini. Tapi aku juga percaya bahwa selain memiliki hak, seorang jenius sejati akan menganggap itu sebagai kewajiban mutlak.


Terjemahan oleh Penari Senja 2010
Sumber : https://sites.google.com/site/anarchyinitaly/renzo-novatore/introduction-to-the-first-issue-of-vertice

3.5.11

Mawar Hitam

Aku terbaring di tempat tidurku yang ungu. Entah sudah berapa lama, tetapi tetap saja aku tidak dapat beristirahat. jantungku berdebar begitu kencang, dahiku terbakar seperti demam, di dalam otakku, pikiran yang kelam berputar bercampur aduk, dan, mengutuk, aku memohon dengan sia-sia kepada Morpheus untuk mendekapku dalam pelukannya.

Tiba-tiba, aku melihat pintu kamar meledak terbuka, dan dengan lembut, sosok tak terduga (Unpredictable) masuk.

Aku menatapnya: mata indahnya yang terdalam menyimpan semua rahasia langit dan semua misteri laut. Rambutnya pirang dan panjang. Parfum delima matang tercium dari mulutnya, menunggu gigitan bersemangat. tangan kemerahan gadis itu halus dan transparan, dan kaki mungilnya putih dan anggun.
Siapa dia? Aku tidak tahu. Hanya dia yang berbeda dari Unpredictable lain yang telah Nampak padaku.

Dia tersenyum mendekatiku dan dengan manis berlari, jari rampingnya melewati rambut panjang dan terawatku.

"Manisku, lelakiku yang gila dan lemah," ia berkata padaku, "kenapa kau selalu menyiksa diri begitu? Tidakkah kau melihat bahwa rambutmu yang hitam telah berubah sedikit demi sedikit di tempat ini? Tidakkah kau melihat bahwa matamu yang lemah meletus keluar dari kepalamu dan otot-otot wajahmu mengubah tampilan romanmu ke dalam sengatan kontraksi kekerasan? Tidakkah kau melihat bagaimana kau berubah? Ada apa dengan siksaan sia-sia dan tak berujungmu ini? Apakah aku bukan yang kau impikan, yang kau nantikan? Aku Disini sekarang!
"Ah, ayolah, datanglah padaku, lelaki lemahku, cinta lembutku.

"Kau mencintai penerbangan, laut yang dalam, siang hari yang kekal. Aku tahu! Aku tahu, dan aku memahamimu.

"kemari! kemari! Aku punya aroma keperawanan, harum dan muda ... aku memiliki aura kecantikan tak terukur, visi dan impian dalam diriku ...

"Datanglah padaku! Aku akan membawamu jauh, jauh, ke rumah muliaku: dimana awan putih mengembara di sekitar matahari.

"Angin magis dari kegilaan ilahi akan keluar dari ketidaktahuan ke batu kami pada gelombang dari mimpi yang berseri-seri.

"Kita akan memiliki tempat tidur dari bunga putih yang tidak akan pernah layu, dan kita akan bergembira, berbahagia ...

"Aku akan menanggalkan kerudung indahku, berbaring di kebugaranmu dan memainkan kecapiku untukmu, musik yang paling indah yang pernah dimainkan."
Aku merasa pucat dan bijaksana pada waktu itu!

Sang Unpredictable berbicara, dia berbicara tanpa jeda, dan kata-katanya yang lembut menembus ke bagian terdalam dari pikiranku seperti musik yang manis, seperti lagu dan tak terbatas.

Hatiku terharu, dan mataku bermandikan air mata.

Sementara itu, tangan mungilnya terus berlari melewati kerimbunan rambutku.

"Sahabat lemahku," ia melanjutkan, "kau sakit, sangat sakit ... tapi Aku akan menyembuhkanmu, setidaknya aku juga berharap begitu."

Aku mengulurkan tangan kecilku, basah dengan keringat dingin, untuk menggenggam kepala dengan rambut pirangnya dan menariknya pada dadaku yang terengah-engah.

"Ah! tidak... Tidak sekarang, "katanya padaku," ketika kami bangun dari sana. "

***

Betapa hidup adalah hal yang tragis! Betapa esok adalah penaklukan yang menghebohkan!

Malam amat mengikuti penampakannya yang paling mengerikan yang pernah aku lalui.

aku pergi bersama sang Unpredictable, dan kami berjalan sepanjang malam bersama dalam keheningan, hingga keesokan harinya secara keseluruhan. Di sore hari, kami tiba di awan putih di bagian keemasan dari matahari. The Unpredictable menepati janjinya ...

ia menanggalkan kerudung merah yang menutupi tubuh pucatnya, dan telanjang dan dia menawarkan dirinya pada mata rakusku. ia melonggarkan rambut ikalnya yang pirang dan jatuh di pundaknya yang seperti salju, dan, duduk di kakiku, ia mengambil kecapi dan menyanyikanku lagu paling indah yang manusia bisa dengar.
ia bernyanyi sementara terus-menerus menatap ke mataku yang terbuka lebar seolah-olah disana ia sedang mencari jiwaku.

Aku mengatasi, kemabukanku, aku menciumnya dengan kejam, dengan brutal di bibir merah basahnya yang rapuh.

Ah! ciuman yang fatal...

Wajahnya berubah biru keunguan, diatas matanya berkaca-kaca, pupil indahnya telah mengeluarkan api dan tubuh manisnya menjadi kaku dalam pelukanku.
ia mati!

Apakah aku membunuhnya? Apakah ia ingin mati?
…………….

Sekarang renunganku adalah lingkaran hitam, dan kecapiku memainkan lagu kematian di pemakaman. Sebuah kerudung hitam menutupi emosiku.

Aku merasa bahwa pikiranku seperti ingin membebaskan dirinya sekali lagi melewati batas kesedihan dalam mencari jalan diantara selimut kapas musim panas yang mewah serta tumbu-tumbuhan dan bunga-bunga, tetapi Takdir, terhadap manusia tanpa daya meraung dan menindas kemarahannya, yang telah melukainya menuju kematiannya. Kemudian bunga putih yang indah -layu untuk dirinya dan awan tersebar- rumah impian yang indah - dengan mendekap mayat dari Unpredictable, aku merasa jatuh ke dalam jurang terdalam.

Sebuah Lagu pemakaman menggema dalam diriku. Mungkin, besok, aku juga akan mati.

Sekarang aku tidak bisa lagi tertawa pada apapun atau siapapun, Aku sendirian dengan kesedihanku. Aku percaya bahwa aku adalah setangkai bunga yang lahir di tanah kematian, karena aku merasakan dalam diriku ada erangan mematikan dan kesedihan dari semua yang telah mati.

Yah, aku masih merasakan hangat ciuman matahari dan belaian angin di rambutku, tetapi kesakitan --- kesakitanku yang sebenarnya -berasal dari akar yang masih melekat pada tanah di mana aku lahir.

orang-orang lain -- mereka sama sepertiku- yang sudah mati atau akan mati besok, tapi ia yang tidak seharusnya mati, sekarang telah mati.

Dan kesakitanku adalah seperti sekarang aku melihat wajah dari seluruh kenyataan.

Tak puas, oleh karena itu, dengan dunia ini, aku akan mengembangkan keinginanku untuk hidup di tempat dimana aku belum pernah hidup dan bahkan di tempat dimana tak seorang pun yang dapat hidup. dahiku berlingkarkan mawar hitam besar: mawar kematian.

Ikonoklas, tertawa, pemakaman pun berlalu.

... ... ... ... ....

Terjemahan oleh Penari Senja 2010
(Nichilismo, Tahun I # 11, Milan, 10 September, 1920)
Sumber : https://sites.google.com/site/anarchyinitaly/renzo-novatore/black-roses

Aku Juga Nihilis

I

Aku seorang individualis karena aku adalah anarkis, dan aku seorang anarkis karena aku adalah nihilis. Tetapi aku memahami nihilisme dengan caraku sendiri ...

Aku tidak peduli apa itu Nordic atau Oriental, atau apapun itu , atau tidak memiliki sejarah, politik, tradisi praktis atau teoritis, filosofis, spiritual, intelektual. Aku menyebut diriku nihilis karena aku tahu bahwa nihilisme berarti peniadaan.

peniadaan dari setiap masyarakat, setiap kultus, setiap peraturan dan setiap agama. aku tidak merindukan surga apapun, lebih dari aku merindukan pesimisme putus asa dan tak berdaya Schopenhauer, yang merupakan hal terburuk daripada penolakan keras kehidupan itu sendiri. Milikku adalah antusiastik dan pesimisme dionysian, seperti nyala api yang menentukan semangat hidupku berkobar, yang menghina setiap penjara teoritis, ilmiah atau moral.

Dan jika aku menyebut diriku seorang anarkis individualis, seorang ikonoklas dan nihilis, itu tepat karena aku percaya bahwa dalam kata ini ada ekspresi tertinggi dan terlengkap akan individualitas penuh dan beraniku itu, seperti sungai yang meluap, yang ingin memperluas, menyapu dengan cepat tanggul dan bendungan nilai, hingga menabrak sebuah batu granit, pecah dan hancur dalam putarannya. Aku tidak menolak kehidupan. Aku mengagungkan dan menyanyikannya.

II

Siapapun yang menolak hidup karena merasa bahwa itu tidak lain hanyalah rasa sakit dan kesedihan dan tidak menemukan keberanian heroik dalam dirinya sendiri dengan bunuh diri - menurut pendapatku adalah – orang dengan masalah aneh yang sulit dan tanpa harapan, sama seperti seorang inferior menyedihkan ketika ia percaya bahwa pohon suci kebahagiaan adalah tumbuhan membelit yang di atasnya semua kera akan mampu bersaing di lebih atau kurang dekat ke masa depan, dan kemudian bayangan dari rasa sakit itu akan dihalau oleh cahaya pendar kembang api Kebaikan sejati .. .

III

Kehidupan- bagiku - adalah bukan baik atau buruk, bukan teori maupun ide. Kehidupan adalah kenyataan, dan kenyataan dari kehidupan adalah perang. Untuk seorang yang akan lahir sebagai prajurit, kehidupan adalah sumber kegembiraan, bagi orang lain (kehidupan) hanyalah sumber penghinaan dan kesedihan. Aku sama sekali tidak lagi menuntut dan memikirkan kegembiraan dari kehidupan. ia tidak akan bisa memberikan itu kepadaku, dan aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan sekarang ini dimana masa remajaku telah berlalu ...

Sebaliknya aku menuntut agar ia memberiku kegembiraan pembangkangan diantara pertempuran yang memberiku kesedihan menyesakkan dari kekalahan dan sensasi menggairahkan dari kemenangan.

Kalah dalam lumpur atau menang di bawah sinar matahari, aku menyanyikan kehidupan dan aku menyukainya!
Tidak ada ketenangan bagi jiwa pemberontakku kecuali dalam perang, hanya karena tidak ada kebahagiaan yang lebih besar untuk jiwa pengembaraku, meniadakan pemikiran kemudian menegaskan kapasitas tanpa hambatanku untuk hidup dan untuk bersukacita. setiap kekalahan berfungsi bagiku sebagai satu-satunya simponi pembuka untuk kemenangan baru.

IV

Sejak hari dimana aku tiba di dalam cahaya - melalui suatu kesempatan yang kebetulan, aku tidak peduli untuk masuk kedalamnya sekarang - aku membawa Kebaikan diriku dan Keburukan diriku bersamaku.

Artinya: kegembiraan dan kesedihanku, tetap didalam embrioku. Keduanya maju bersamaku sepanjang waktu. Semakin kuat aku merasakan kegembiraan, semakin dalam aku mengerti kesedihan. kau tidak dapat menekan yang satu tanpa menekan yang lain.

Sekarang aku telah menghancurkan pintu dan mengungkapkan teka-teki Sphinx. Suka dan duka hanya dengan dua minuman keras lalu hidup riang dengan mabuk. Oleh karena itu, tidak benar bahwa kehidupan adalah padang pasir gersang dan menakutkan dimana bunga tidak lagi mekar atau buah-buahan merah (tidak lagi) matang.

Dan bahkan dari semua penderitaan terkuat, satu hal yang mengerakkan seorang manusia tangguh ke arah kesadaran dan kehancuran tragis dari individualitasnya sendiri, hanyalah sebuah manifestasi kuat akan seni dan keindahan.

Dan ia kembali lagi ke arus universal manusia dengan sinar kejahatan yang menyilaukan ia memecah dan menyapu bersih semua kristalisasi realitas dunia banyak yang membatasi agar naik menuju nyala api ideal terakhir dan menyebar di api baru yang tak berujung.

V

Pemberontakan untuk sebuah kebebasan terhadap kesedihan hanyalah bagian terdalam, hasrat penuh gairah untuk kegembiraan yang lebih kuat dan lebih besar. Tetapi kegembiraan terbesar hanya bisa memperlihatkan dirinya sendiri di dalam cermin dari kesedihan mendalam, kemudian menggabungkannya di dalam rangkulan kekejaman yang luas. Dan dari luas ini dan keberhasilannya merangkul senyum yang lebih tinggi akan sebuah musim semi yang kuat, seperti, di tengah-tengah perselisihan, ia menyanyikan lagu yang paling bergemuruh, lagu pujian untuk kehidupan.

Sebuah lagu pujian yang ditenun dari penghinaan dan cemoohan, dari kemauan dan kekuatan. Sebuah lagu pujian yang bergetar dan berdenyut dalam cahaya matahari bak bersinar di pusara-pusara, sebuah lagu pujian yang menghidupkan kekosongan dan mengisinya dengan irama.

VI

Diatas roh budaknya Socrates dengan tabah menerima kematian dan (diatas) roh bebasnya Diogenes dengan sinis menerima kehidupan, naiknya pelangi kemenangan dimana sang pelanggar kesucian penghancur momok baru, sang radikal perusak setiap dunia moral, menari. Inilah orang bebas yang menari-nari di tengah-tengah ketinggian dari kemegahan fosforesensi matahari.

Dan ketika awan besar diantara kegelapan mendung naik dari jurang berawa menghalangi cahaya penglihatan dan menutup jalannya, ia membuka jalan dengan tembakan dari Browning[1]nya atau menghentikan jalannya dengan api fantasi yang menguasainya, yang memaksa mereka untuk tunduk seperti budak rendah di kakinya.

1 jenis pistol yang populer diantara kaum anarkis pada waktu itu.

Tapi hanya orang yang mengetahui dan mempraktekkan kemarahan ikonoklastik akan penghancuran dapat memiliki sukacita yang lahir dari kebebasan, kemudian kebebasan unik itu dipupuk oleh kesedihan. Aku bangkit melawan realitas dunia luar untuk kemenangan realitas dunia dalam diriku.
Aku menolak masyarakat untuk kemenangan atas AKU. Aku menolak stabilitas dari setiap aturan, setiap adat, setiap moralitas, untuk menegaskan setiap naluri, semua emosionalitas bebas, setiap gairah dan setiap fantasi. Aku mengejek setiap kewajiban dan setiap hak sehingga aku bisa menyanyikan kehendak merdeka.

Aku menolak masa depan untuk menderita dan menikmati kebaikanku dan keburukanku di masa kini. Aku memandang rendah kemanusiaan karena itu bukan kemanusiaanku. Aku benci tirani dan aku benci budak. Aku tidak mau dan aku tidak mengakui solidaritas, karena aku yakin bahwa itu adalah sebuah rantai baru, dan karena aku percaya dengan Ibsen bahwa orang yang paling sendiri adalah orang yang paling kuat. Inilah Nihilismeku. Hidup bagiku, tidak lain adalah sebuah puisi heroik dari sukacita dan keberanian ditulis dengan tangan berdarah dari kesedihan dan rasa sakit atau mimpi tragis dari seni dan keindahan!

Renzo Novatore
I Am Also a Nihilist
21 Mei, 1920
(dari terbitan Nicilismo, Tahun I #4, Milan, 21Mei, 1920)
Terjemahan oleh Penari Senja 2010
https://sites.google.com/site/anarcyinitaly/renzo-novatore/i-am-also-a-nihilist